Jumat, 10 Desember 2010

Menganalisis Bentuk Komunikasi Non Verbal Pada Mahasiswa FISIP UAJY


Menganalisis Bentuk Komunikasi Non Verbal
Pada Mahasiswa FISIP UAJY

Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap (lisan) dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan secara jelas. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya serta saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. Bila selama ini kita beranggapan bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi yang paling efektif didalam menyampaikan sebuah pesan antara komunikator dengan komunikan, maka ternyata anggapan tersebut kurang tepat. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik dari komunikasi non verbal sendiri yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan kepada target pembicara. Keefektifan penyampaian pesan dari komunikasi non verbal ini melebihi keefektifan yang ditimbulkan oleh komunikasi verbal yang sering kita lakukan. Sebagai contoh, ketika saya ingin menyuruh teman saya yang berada diseberang jalan untuk bergerak mendekati saya, komunikasi yang paling efektif untuk menyuruhnya segera datang menghampiri saya adalah dengan melambaikan tangan tanda menyuruhnya dia bergerak daripada menyuruhnya dengan kata-kata lisan saja. Tak jarang, saat ini penggunaan komunikasi non verbal semakin berkembang seiring dengan perilaku masyarakat yang juga cenderung memilih menggunakan komunikasi non verbal dalam menyampaikan pesan komunikasinya kepada orang lain.
Setelah saya mengamati kegiatan, kebiasan dan  perilaku para mahasiswa maupun mahasiswi di kampus FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya menemukan beberapa perilaku yang mencerminkan adanya isyarat terbentuknya komunikasi interpersonal non verbal yang dilakukan oleh para mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pengamatan tersebut saya lakukan selama empat (4) hari dari Jumat, 26 November 2010 hingga Jumat, 3 Desember 2010. Saya rutin mengamati kegiatan teman-teman yang ada di kampus selama satu pekan terkecuali pada hari Minggu, 28 November 2010.
 Dari penelitian tersebut, saya menemukan beberapa jenis komunikasi non verbal yang sering digunakan oleh para mahasiswa FISIP UAJY didalam menjalin hubungan beserta interaksi satu dengan yang lainnya.
Komunikasi non verbal pertama yang saya temukan pada lingkungan mahasiswa maupun mahasiswi FISIP UAJY adalah komunikasi non verbal yang berbentuk artifaktual. Simbol artifaktual disini berguna untuk mengungkapkan pesan maupun menampilkan citra diri melalui penampilan tubuh. Penampilan tubuh disini tercermin dari bagaimana cara  berpakaian para mahasiswa maupun mahasiswi FISIP UAJY serta kosmetik dan atribut yang mereka kenakan saat berada di lingkungan kampus. Para mahasiswa-mahasiswi FISIP UAJY berusaha untuk memperkenalkan kepribadian diri mereka kepada orang-orang disekitarnya melalui penggunaan simbol artifaktual (berupa penggunaan pakaian, sepatu, tas, kosmetik, serta atribut yang mereka kenakan) ini. Walaupun bentuk tubuh seseorang relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan persepsi bahwa bentuk fisik tubuh yang kita tampilkan melalui penggunaan pakaian, sepatu, tas, kosmetik, serta atribut yang mereka kenakan adalah upaya kita untuk membentuk persepsi orang lain terhadap citra diri yang kita miliki.
Begitu juga dengan yang dilakukan para mahasiswa maupun mahasiswi FISIP UAJY didalam menampilkan citra diri mereka melalui penggunaan pakaian, sepatu, tas, kosmetik, serta atribut yang mereka kenakan. Sebagai contoh, saya menemukan para mahasiswa yang berpakaian awut-awutan, dengan rambut model gimbal, pemakaian kaos-kaos kedodoran, sandal jepit, gelang-gelang serta atribut bewarna merah, kuning, hijau ditangan mereka. Penampilan para mahasiswa yang seperti itu ingin menampilkan citra diri mereka sebagai anak-anak pantai reggae dengan kepribadian yang santai, tidak mau diatur, dikekang, bebas-merdeka. Disamping itu, terdapat pula para mahasiswa yang berpakaian formal, dengan menggunakan sepatu, kemeja maupun kaos berkerah, rambut rapi, serta memilih tas besar. Mahasiswa tersebut ingin menampilkan citra diri yang positif sebagai mahasiswa yang benar-benar ke kampus untuk kuliah. Tipe-tipe mahasiswa seperti itu, biasanya dijuluki sebagai mahasiswa yang niat kuliah. Selain itu saya juga menemukan tipe-tipe mahasiswa yang cenderung berpenampilan feminim. Hal tersebut diperkuat dengan penampilan mereka yang menggenakan pemakaian kaos-kaos ketat berwarna mencolok seperti merah, ungu, biru, hijau, kuning,termasuk juga warna merah muda (pink), celana yang dipilihnya juga cenderung model pensil seperti yang sering dikenakan oleh para mahasiswi. Selain menggenakan pakaian-pakaian seperti itu, mereka juga cenderung menggunakan aksesoris-aksesoris yang menampilkan segi feminisme mereka seperti: gelang, kalung, syal serta topi. Ada juga mahasiswa yang lebih cenderung menampilkan diri mereka sebagai para pria metroseksual. Gaya berpakaian yang cenderung elegan, bermerk serta rapi dan juga gaya rambut, merk tas dan sepatu yang senantiasa mengikuti trend masa kini, dan juga penampilan yang senantiasa rapi disetiap saat cenderung menampilkan citra diri yang ekslusif dan berbeda dengan penampilan lelaki biasa.
Selain para mahasiswa FISIP UAJY yang berusaha mengkomunikasikan pesan dengan cara menampilkan citra diri mereka melalui penggunaan artifaktual, ternyata para mahasiswinya juga melakukan hal yang serupa. Mahasiswi FISIP UAJY  yang saya amati terbagi menjadi beberapa tipe didalam penggunaan artifaktualnya. Mahasiswi yang berpakaian biasa saja pergi ke kampus dengan dengan menggunakan celana jeans, kaos oblong, sepatu kets, dandanan biasa cenderung ingin memperkenalkan diri mereka sebagai pribadi yang santai, kasual dan tidak neko-neko. Sedangkan mahasiswi yang berpakaian terlalu rapi, memadu-padankan warna pakaian dengan tas, sepatu dan aksesoris mereka serta gaya rambut mereka yang sesuai dengan trend yang ada cenderung ingin menampilkan citra diri mereka sebagai pribadi yang feminim, elegan, stylist dan tidak ketinggalan jaman. Tipe lainnya adalah para mahasiswi yang bergaya seperti laki-laki dengan menggunakan kaos kedodoran, gaya rambut pendek menyerupai gaya rambut laki-laki, menggunakan sepatu kets dan tas ransel. Mereka  cenderung ingin menkomunikasikan kepada orang lain mengenai citra diri mereka yang bersifat sporti dan terkesan tomboi tidak ribet seperti hal yang yang melekat pada laki-laki.
Setiap individu berhak untuk mengkomunikasikan pesan kepada individu lain terkait dengan membangun persepsi citra diri mereka terhadap individu lain. Salah satunya adalah dengan menggunakan komunikasi non verbal dengan pemakaian simbol artefak melalui penggunaan pakaian, sepatu, tas, kosmetik, serta atribut yang mereka kenakan. Hal tersebut juga dilakukan oleh para mahasiswa maupun mahasiswi FISIP UAJY.
Selain penggunaan komunikasi non verbal artefak, komunikasi yang sering dilakukan oleh oleh para mahasiswa maupun mahasiswi FISIP UAJY adalah komunikasi non verbal dengan komunikasi Sentuhan (Touch Communication.) Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian. Komunikasi sentuhan, sering dikenal dengan haptics (haptik). Ketika saya mengamati perilaku para mahasiswa dan mahasiswi FISIP UAJY, saya juga sering melihat terjalinnya komunikasi non verbal melalui sentuhan. Salah satu fenomena yang sering  terjadi dalam pergaulan antara mahasiswa dan mahasiswi FISIP UAJY adalah ketika ada beberapa dari mereka yang melakukan sentuhan fisik seperti berpelukan rangkulan, cium pipi kanan-kiri. Komunikasi tersebut dilakukan sebagai bentuk keakraban yang telah terjalin dalam tali pertemanan mereka. Maka tak jarang kita temukan, antara mahasiswa dan mahasiswi yang tak memiliki hubungan cinta tetapi hanya sebagai sahabat serta teman ketika bertemu saling berpelukan.
Makna Sentuhan dari sentuhan yang mereka lakukan adalah  afeksi positif dan makna bercanda. Makna afeksi positif disini adalah ketika sentuhan yang dilakukan bertujuan untuk mengkomunikasikan emosi positif.  Makna afeksi positif ini terjadi antara pasangan intim atau semacamnya yang memiliki hubungan yang relatif dekat seperti hubungan antar pasangan kekasih, suami-istri serta pasangan sahabat. Hubungan yang terjalin begitu erat diantara inividu tersebut berkaitan dengan perasaan emosional yang terjalin diantara mereka, sehingga dalam perjumpaan biasa mereka sering melakukan sentuhan. Tingkat keintiman sentuhan juga dipengaruhi oleh tingkat hubungan yang dijalin. Bila hubungan berkembang, sentuhan juga akan ikut berkembang, begitu pula sebaliknya. Makna kedua adalah makna bercanda, sentuhan seringkali mengkomunikasikan keinginan untuk bercanda, dengan perasaan kasih‑sayang ataupun secara agresif. Bila manusia mengkomunikasikan afeksi atau agresi dengan cara bercanda, emosi akan kendur dan ini mengisyaratkan kepada orang lain untuk tidak memandangnya terlalu serius. Sentuhan canda memberikan warna tersendiri didalam interaksi yang dijalin oleh para mahasiswa-mahasiswi FISIP UAJY.
Setiap individu memiliki cara khusus untuk mengkomunikasikan pesan yang ingin mereka sampaikan kepada individu lain. Cara yang digunakan juga berbeda-beda satu individu dengan individu yang lainnya, seperti halnya dengan komunikasi non verbal yang digunakan oleh mahasiswa-mahasiswi FISIP UAJY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar